Berkata para Arifbillah, ”matikan diri kamu sebelum kamu dimatikan”.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Wahai hamba Allah, sadarilah bahwa engkau hanya sebatas diberi harapan. Maka, jauhilah segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla dengan kalbumu sehingga engkau dapat dekat kepada-Nya. Matilah engkau sebelum mati. Matilah engkau dari dirimu dan makhluk. Sungguh telah diangkat berbagai hijab dari dirimu dan Allah Azza wa Jalla.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana saya harus mati?” Lalu beliau menjawab, “Matilah dari mengikuti kemauan, hawa nafsu, tabiat dan kebiasaan burukmu, serta matilah dari mengikuti makhluk dan dari berbagai sebab.
Tinggalkanlah persekutuan dengan mereka dan berharaplah hanya kepada Allah, tidak selain-Nya.
Hendaklah engkau menjadikan seluruh amalmu hanya karena Allah Azza wa Jalla dan tidak mengharap nikmat-Nya.
Hendaklah engkau bersikap ridha atas pengaturan, qadha dan tindakan-Nya.
Jika engkau melakukan hal yang demikian, maka hidup dan matimu akan bersama-Nya.
Kalbumu akan menjadi tentram.
Dialah yang membolak-balikkannya sesuai dengan kehendak-Nya.
Kalbumu akan selalu menjadi dekat kepada-Nya, selalu terhubung dan bergantung kepada-Nya.
Engkau akan selalu mengingat-Nya dan melupakan segala perkara selain Diri-Nya.
Mati disini dibagikan kepada empat:
1) Mati Hissii yaitu seolah-olah sudah bercerai ruh dari jasad, tiada daya upaya walau sezarah jua pada hakikatnya hanya Allah jua yang berkuasa, kemudian dimusyahadahkan didalam hati dengan menyaksikan kebesaran iaitu sifat Jalal dan JamalNya dan kesucianNya.
2) Apa dia hakikat Asolatu Mi’raju lil Mukminiin. Miraj yaitu setelah sempurna mematikan diri kita hendaklah malakukan miraj artinya yaitu menaikkan nafas kita melalui alam “Qaba qawsain au adna” yaitu antara kening merasa penuh limpah dalam alam Qudus iaitu dalam benak kepala kita hingga hilang segala ingatan yang lainnya. Ia dinamakan mati ma’nawi yaitu hilang segala sesuatu didalam hatimu melainkan hanya berhadapan pada Allah jua.
3) Mati dalam Hidup dan Hidup dalam kematian , ini lah hakikat matilah kamu sebelum kamu di matikan. Mati segala usaha ikhtiar segala daya upaya diri kita hanya kita mendirikan sembahyang dengan melihat pada matahatinya dari Allah, dengan Allah dan untuk Allah. Dari Allah menggerakkan Ruhaniah, dari ruhaniah menggerakan Al-Hayat, dari Al-Hayat menggerakkan nafas dan dari nafas menggerakkan jasad dan adalah pada hakikatnya itu Allah jua yang menggerakkan sekaliannya sebagaimana firman-Nya:
وَمَارَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ
“Dan tiadalah yang melontar oleh engkau ya Muhammad ketika engkau melontar, tetapi Allah yang melontarnya…”. (QS:Al Anfal :17)
Pada pandangan dzahirnya perbuatan hamba tetapi pada pandangan matahati perbuatan Allah jua.
4) Mati dalam tidur - Ini adalah satu rahsia makrifah dalam hidup yang hanya di ketahui oleh para Arif Billah dan ‘Alimbillah - bukannya oleh alimbil kitaab, ramai orang alim bil kitaab tetapi jahil tentang Allah dan segala ilmu tauhid dan makrifatullah.
Semoga bermanfaat !
ء
Tidak ada komentar:
Posting Komentar